Penderitaan itu sesungguhnya mirip-mirip dengan kebahagiaan. Hanya saja, kalau kebahagiaan menyenangkan, penderitaan itu menjengkelkan. Kebahagiaan dan penderitaan yang kita rasakan itu bisa luntur. Sama-sama tidak kekal dan sama-sama menjadi beban mental. Mirip-mirip sesungguhnya, hanya yang satu menyenangkan, yang satu menjengkelkan.
Memang menjadi kewajiban kita untuk mencari sebabnya,” Apakah yang menyebabkan saya menderita?” . Kemudian kita berusaha untuk mengatasi. Dan kalau kita tidak bisa mengatasinya, atau tiba-tiba timbul perasaan yang tidak senang, biarkanlah saja. Kita gunakan kesadaran kita, kita gunakan perhatian kita untuk menyadari bahwa sekarang ini saya sedang tidak senang , sedang menderita, sedang jengkel, sedang marah, suasana batin kita sedang tidak baik. Kita sadari saja. Biarkan saja. Karena secara alami, secara natural, dengan tidak perlu ditangkal, tidak perlu disingkirkan, perasaan tidak bahagia, perasaan yang tidak senang itu, yang menjengkelkan itu, rasa bosan itu nanti akan turun dengan sendirinya, tenggelam sendiri. Perasaan bosan itu nanti juga akan bosan sendiri dan kemudian lenyap.
Kesulitan itu kalau dihadapi, disadari, akan menjadi biasa. Karena semua itu adalah perubahan. Perubahan yang menyenangkan menjadi yang tidak menyenangkan, kita namakan penderitaan. Padalah kalau kita melihat, sebenarnya hal itu adalah proses perubahan semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar